Bocah 4 Tahun Pengungsi Suriah Ditemukan PBB di Gurun Yordania

PEKERJA PBB pada hari Ahad lalu menemukan seorang bocah lelaki Suriah yang masih berusia empat tahun melintasi gurun Yordania bersama orang tuanya. Dan peristiwa ini merupakan kisah pedih terbaru yang muncul akibat perang di Suriah yang telah menewaskan lebih dari 140.000 orang.




“Bocah Marwan berusia 4 tahun telah sementara terpisah dari keluarganya dan sekarang dibantu oleh staf UNHCR (Komisi Tinggi PBB untuk urusan Pengungsi) untuk menyeberang,” ujar Andrew Harper, perwakilan badan pengungsi PBB untuk Yordania, dalam kicauannya di Twitter pada hari Ahad lalu.

Marwan ditemukan di padang pasir Yordania, bersama dengan boneka miliknya yang ada di dalam kantong plastik kecil.

Pada hari Ahad lalu, banyak warga Suriah yang rela menyeberangi padang pasir untuk mencari perlindungan di Yordania.

Sekitar 2,5 juta pengungsi melarikan diri Suriah dan tersebar di seluruh wilayah Timur Tengah, menurut laporan UNHCR.

Pada bulan November tahun lalu, badan PBB melaporkan bahwa ada lebih dari 70.000 keluarga pengungsi Suriah yang hidup tanpa orang tua dan lebih dari 3.700 anak-anak pengungsi ditemani atau terpisah dari kedua orang tuanya.[fq/islampos/alarabiya]

Aksi Amal Donatur Mizan Amanah Aqiqah, Berbagi Keberkahan Bersama



SEBANYAK 30 anak yatim binaan Mizan Amanah mengiringi prosesi aqiqah anak salah seorang donatur Mizan Amanah, beberapa waktu lalu di Asrama Kalisari, Pasar Rebo. Kegiatan tersebut diikuti oleh dua Asrama yaitu Asrama Yatim Mizan Amanah Pasar Rebo dan Asrama Yatim Mizan Amanah Salihara, Pasar Minggu.

Kepala Asrama Yatim Mizan Amanah Pasar Rebo, Nurcholis Syaidi, memberikan kata sambutan pembuka.”Saya mengucapkan terima kasih sehingga pada siang hari ini, semua bisa berkunjung ke asrama kami yaitu dalam rangka acara aqiqahan. Acara aqiqahan ini adalah mengikuti sunnah Rasulullah SAW, karena setiap anak yang lahir tergadai maka ketika kita aqiqahkan, maka itu adalah sebagai tebusan,” ungkap Nurcholis.

Jalannya Acara
Acara yang diselenggarakan oleh bapak Uki Priyanto dan istrinya, ibu Ulfatul Istianah beserta keluarganya ini dipandu oleh moderator, Izzudin, dari Asrama Pasar Rebo.
Suasana acara semakin meriah ketika canda dan tawa antara donatur dengan anak-anak yatim binaan Mizan Amanah terjalin dengan cair dan akrab.

Acara dilanjutkan dengan sambutan kedua, yaitu dari perwakilan keluarga Bapak Uki, yang diwakili oleh Bapak Kholis. ”Pak Uki mengajak anak-anak yatim untuk mendoakan anak mereka. Dengan segala kerendahan hati, kami bermaksud mengadakan acara aqiqah di sini, semoga dengan diadakannya acara ini maka ananda Alkhalifi Zikri Rafif, putra dari bapak Uki dan ibu Ulfatul, bukan menjadi anak yg tergadaikan lagi, maka insya Allah akan menjadi anak yang soleh, anak yang dekat dengan Allah SWT,” ungkap pak Kholis, salah satu perwakilan dari keluarga pak Uki dan ibu Ulfatul.
Dalam kesempatan yang sama, Izzudin, selaku moderator acara aqiqahan tersebut mengatakan bahwa aqiqah merupakan syariat agama dan juga menjadi budaya di Indonesia.

“Aqiqah merupakan bagian dari syariat agama islam yang harus dilaksanakan oleh orangtua yang mampu. Sifat aqiqah adalah anjuran dan bukan kewajiban. Jadi orangtua dianjurkan melakukan aqiqah ketika anak yang baru lahir di usia tujuh hari, atau paling tidak sebelum anak aqil baliq,” ujar Izzudin.


Mizan Amanah
Peduli yatim selamatkan Generasi. Lembaga sosial kemanusiaan. #Zakat via BCA 139 304 0002. #Infaq dan #Shadaqah via BCA 139 300 4952. rek.http://bit.ly/1a1ZfMX

Jl. Kesehatan Raya No.16 Bintaro Sektor 1 Jakarta Selatan
Telp : 021 73886407
sms center : 085222999334
website : http://mizanamanah.org/
email : info@mizanamanah.org
pin BB : 27CAFE5


Mizan Amanah memberikan bantuan biaya putus sekolah kepada 20 anak yatim dan dhuafa yang memiliki prestasi



Alhamdulillah pada hari minggu tanggal 16 februari 2014. Mizan Amanah menggelar silaturahmi dan penyerahan dana program BPS (Bantuan Putus Sekolah) yang diadakan di Asrama Yatim Bintaro, Jl. Bintaro Utama III Blok AP No.50A Bintaro Jaya Sektor 3 - Jakarta Selatan.

Mizan Amanah memberikan bantuan kepada 20 Anak #yatim dan #dhuafa non mukim. Bantuan BPS diberikan kepada pelajar tingkat SMP dan SMA/SMK yang memiliki prestasi namun memiliki kendala untuk biaya pendidikan.

Acara di hadiri oleh 10 Anak. Untuk 10 anak lainya yang berhalangan hadir, insya Alloh bantuan akan diberikan langsung diluar waktu acara.

Mari bantu cerahkan pendidikan dan masa depan mereka.
Kepedulian anda adalah solusi bagi pendidikan dan masa depan mereka.

Mizan Amanah
Peduli yatim selamatkan Generasi. Lembaga sosial kemanusiaan. #Zakat via BCA 139 304 0002. #Infaq dan #Shadaqah via BCA 139 300 4952. rek.http://bit.ly/1a1ZfMX

Jl. Kesehatan Raya No.16 Bintaro Sektor 1 Jakarta Selatan
Telp : 021 73886407
sms center : 085222999334
website : http://mizanamanah.org/
email : info@mizanamanah.org
pin BB : 27CAFE5

Bala Tak Pernah Mendahului Sedekah



Seperti hari-hari sebelumnya, saya diantar suami berbelanja ke sebuah tempat dimana tukang sayur biasa berkumpul. Bukan pasar, hanya sebuah jalan yang ramai dilalu orang dan ada sekitar empat gerobak sayur disana. Mobil pun diparkir di tempat yang aman.

Dalam perjalanan menghampiri tukang-tukang sayur tersebut saya berpapasan dengan seorang penyapu jalanan yang usianya sudah tua. Ia berjalan pincang dengan membawa sapu lidi dan pengki usangnya. Matanya awas dengan sampah yang berserakan di jalanan. Jarinya yang tak lagi utuh, cekatan memainkan sapu lidi hingga sampah-sampah itu tak berkutik. Sesekali ia berbincang dengan para tukang ojek yang juga mangkal. Saya tak berani memandang lama wajahnya. Sekilas tampak bibirnya cacat tak dapat mengatup satu dengan lainnya.

Sebenarnya buat kami, sudah sering kami berpapasan dengan Pak Tua penyapu jalanan ini. Namun jujur saja, baru kali ini aku dan suamiku tergerak hati untuk memberinya uang.
" Bun, ada 20 ribuan gak ?" pinta suamiku
" Ada, buat apa ?" jawabku setelah mengecek isi dompet
" Itu buat tukang sapu…" jawab suamiku
" Ooh …." saya langsung memberikan uang itu pada suami lantas bergegas menuju para tukang sayur .

Setelah berbelanja, kami langsung pulang dan melupakan aktivitas tadi. Suamiku pun bersiap untuk berangkat kerja. Aku teringat belum membayar tagihan telpon dan internet. Sementara e-banking entah mengapa sedang tidak berfungsi. Terpaksa aku harus pergi ke atm. Dengan mengendarai mobil aku bergegas menuju atm.

Saat perjalanan pulang, dari arah yang berlawanan sebuah motor melaju kencang. Dari kejauhan, tampak pengendara tak berhelm itu merapat ke motor yang berada di sebelahnya. Dan benar saja persis di samping kanan saya kedua motor tersebut bersenggolan. Dua motor itu jatuh bersamaan hingga menyebabkan pengendaranya terpental. Benar-benar nyaris menabrak mobilku. namun subhanallah tak ada goresan sedikitpun di mobilku akibat kecelakaan tadi, yang ada itu karena usia mobil saya yang sudah tidak lagi muda.

Subhanallah, sambil menyetir , saya hampir tak percaya bahwa motor yang bersenggolan tersebut tak mengenai mobil sama sekali. Jelas bukan karena kelihaian saya menyetir, jam terbang saya hanya sekitar perumahan, bank dan swalayan terdekat. Saya percaya tak ada "kebetulan" dalam kehidupan ini. Saya pun langsung teringat sosok penyapu jalanan. Allah Swt. telah menghindarkan kami dari kecelakaan tadi.

"Sedekah dapat menolak 70 macam bencana, dan yg paling ringan (diantara bencana itu) adalah penyakit kusta dan lepra," (HR. Thabrani dalam Mu’jamul Kabir) . Angka 70 itu menunjukkan sesuatu yang banyak, tidak disebutkan satu-persatu, baik bencana alam maupun bencana kemanusiaan.

Nabi Muhammad Saw. bersabda, "Bersegeralah bersedekah sebab yang namanya bala tak pernah mendahului sedekah". Subhanallahm hari itu saya benar – benar merasakannya. Mungkin kali ini namanya bukan lagi sedekah karena saya sudah menceritakan pada Anda, sebab sedekah yang baik tangan kanan memberi sementara tangan kirinya tak mengetahui.

Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu menyeru, ‘Ya Tuhan, karuniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kepada Allah’. Yang satu lagi menyeru ‘Musnahkanlah orang yang menahan hartanya’”.

Maka belilah kesulitanmu dengan sedekah dan berniagalah pada Allah dengan bersedekah, Ia akan memberikan keuntungan yang berlipat ganda. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang -orang yang selalu diberi petujuk-Nya. Amin.

Penulis: Yuhyi Lestari

sumber :http://bit.ly/1gIhN5H

Mizan Amanah
Peduli yatim selamatkan Generasi. Lembaga sosial kemanusiaan. #Zakat via BCA 139 304 0002. #Infaq dan #Shadaqah via BCA 139 300 4952. rek.http://bit.ly/1a1ZfMX

Jl. Kesehatan Raya No.16 Bintaro Sektor 1 Jakarta Selatan
Telp : 021 73886407
sms center : 085222999334
website : http://mizanamanah.org/
email : info@mizanamanah.org
pin BB : 27CAFE5F

Penyebab Terjadinya Bencana Alam Menurut Hadist Nabi



Dari Abu Hurairah ra berkata; bersabda Rasulullah saw “Apabila kekuasaan dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat dianggap merugikan, beiajar bukan karena agama (untuk meraih tujuan duniawi semata), suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit jerit) di masjid, orang fasig menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan yang rendah akhiaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama kaum Muslimin (termasuk para sahabat Nabi saw, tabi’in dan para imam muktabar). Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas, gempa,longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya (semua tanda kiamat terjadi).”(HR. Tirmidzi)

KETIKA terjadi bencana alam, paling tidak ada tiga analisa yang sering diajukan untuk mencari penyebab terjadinya bencana tersebut.

Pertama, azab dari Allah karena banyak dosa yang dilakukan. Kedua, sebagai ujian dari Alloh.
Ketiga, Sunnatullah dalam arti gejala alam atau hukum alam yang biasaterjadi.

Untuk kasus Indonesia ketiga analisa tersebut semuanya mempunyai kemungkinan yang sama besarnya.

Jika bencana dikaitkan dengan dosa-dosa bangsa ini bisa saja benar, sebab kemaksiatan sudah menjadi kebanggaan baik di tingkat pemimpin (struktural maupun kultural) maupun sebagian rakyatnya, perintah atau ajaran agama banyak yang tidak diindahkan, orang-orang miskin diterlantarkan.

Maka ingatlah firman Allah:

”Jika Kami menghendaki menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan daiam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya,” (Al-Isra’[17]: 16).

Apabila dikaitkan dengan ujian, bisa jadi sebagai ujian kepada bangsa ini, khususnya kaum Muslimin agar semakin kuat dan teguh keimanannya dan berani untuk menampakkan identitasnya. Sebagaimana firman Allah:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan: Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?”( Al-Ankabut [29:2).

Akan tetapi, jika dikaitkan dengan gejala alam pun besar kemungkinannya, karena bumi Nusantara memang berada di bagian bumi yang rawan bencana seperti gempa, tsunami dan letusan gunung. Bahkan, secara keseluruhan bumi yang ditempati manusia ini rawan akan terjadinya bencana, sebab hukum alam yang telah ditetapkan Allah SwT atas bumi ini dengan ber bagai hikmah yang terkandung di dalamnya. Seperti pergerakan gunung dengan berbagai konsekuensinya.

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal gunung-gunung itu bergerak sebagaimana awan bergerak.(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh segala sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".( QS. Al-Naml [27]: 88).

Di samping harus tetap bersikap optimis dan berupaya mengenali hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan atas alam ini, adalah bijak untuk terus melakukan introspeksi terhadap keseriusan kita dalam menaati perintah-perintah Allah SwT dan menghitung-hitung kedurhakaan kita kepada-Nya.Sabda Rasulullah saw yang diriwayat kan Imam Tirmidzi di atas patut menjadi renungan bagi bangsa ini atas berbagai bencana yang menimpa secara bertubi tubi.

Jika kita cermati hampir semua penyebab bencana yang disebut Rasulullah saw dalam Hadits tersebut tengah melanda bangsa ini.

Pertama, masalah kepemimpinan, amanah dan penguasa. Jika suatu bangsa memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat, baik (shalih), cakap/cerdas dan kompeten (gawiy) dan amanah (amin), maka kebangkrutan dan kehancuran sebuah bangsa tinggal menunggu waktu saja. Sebab, pemimpin seperti itu menganggap kekuasaan bukan sebagai amanah untuk menciptakan kesejahteraan dan ketentraman bagi rakyatnya, tetapi sebagai sarana dan kesempatan untuk memperkaya diri dan bersenang-senang.

Akibatnya, perilaku korupsi merajalela, penindasan dan pemiskinan menjadi pemandangan yang lumrah, dan kebangkrutan moral menjadi hal yang sangat sulit untuk dihindari. Oleh karena itu, memilih pemimpin atau pejabat harus hati hati dan selektif, sebab mereka akan memanggul amanah yang sangat berat.

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Jika amanat disia-siakan, maka tunggulah saatnya (kehancuran). Abu Hurairah bertanya; “Bagaimana amanat itu disia-siakan wahai Rasulullah?, Beliau menjawab,”Jika suatu urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya (tidak memenuhi syarat)”. ( H R. Bukhari).

Kedua, orang kaya tidak menunaikan kewajibannya. Zakat adalah kewajiban minimal bagi orang kaya untuk peduli kepada orang miskin. Jika kewajiban minimal ini tidak ditunaikan, maka kegoncangan social tdak bisa ditawar-tawar lagi, karena tindakan orang miskin yang terampas haknya tidak bisa dipersalahkan. Sehingga azab Allah menjadi keharusan (Al-Isra’: 16). Demikian intisari istinbath Amirul Mu’minin Umar bin Khathab ra yang didukung Ibnu Hazm rahimallahu ta’ala.

Ketiga, hilangnya ketulusan dan kebijakan para ulama dan cendekiawan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penguasa dan pengusaha (orang kaya) itu akan menjadi-jadi jika ulama/cendekiawan sebagai pilar penting suatu bangsa yang bertugas untuk memberi peringatan dan beroposisi secara loyal terseret ke dalam kepentingan pragmatis para penguasa dan pengusaha tersebut.

Aktualisasinya bisa berwujud pada terbitnya fatwa-fatwa pesanan yang tidak memihak orang-orang lemah dan tertindas serta opini yang menyesatkan dan membingungkan umat sebagai akibat terialu banyak menerima pemberian yang tidak jelas dan sering mengemis pada musuh-musuh Islam dan bangsa pada umumnya.

Karena ketulusan telah hilang, para ulama pun menjadi orang yang membuat gaduh di masjid dengan perdebatan dan berbantahan mengenai hal yang sudah diputuskan dengan jelas oleh Allah dan Rasul-Nya.

Pada akhirnya, bukan hanya perintah Allah dan Rasul-Nya yang tidak diperhatikan dan disia-siakan. Akan tetapi para sahabat Rasul dan generasi mereka sesudahnya (ulama dari kalangan tabi’in dan tabi’tabi’in)sebagai generasi terbaik umat Muhammad saw menjadi bahan olok-olok dan ejekan dalam perbincangan mereka dengan merendahkan dan mencampakkan kezuhudan dan hasil ijtihad mereka yang cemerlang.

Jika ketiga pilar bangsa penguasa, pengusaha dan ulama atau cendekiawan sudah tidak menjalankan fungsi yang semestinya, maka kebangkrutan moral yang lain seperti durhaka pada orangtua, suami yang manut pada hawa nafsu istrinya, mewabahnya khamr (narkoba) dan kesenangan pada hiburan yang memancing keliaran syahwat menjadi pemandangan yang biasa. Pada saat itu”kemarahan” Alloh dipastikan tidak bisa dihalang-halangi untuk menghancurkan bangsa yang durhaka. [Sumber: muhammadiyah.or.id]

Bunda, Dampingi Anakmu Di Masa Emas Mereka



Para ahli psikologi anak bilang: lima tahun pertama adalah masa emas bagi seorang anak.

Tahun-tahun emas. Ibuku selalu mengingatkan aku dulu ketika mereka (putra-putriku) masih kecil: Masa kecil mereka tak terulang dua kali.

Benar sekali. Waktu yang pergi tak akan kembali, masa kecil yang berlalu tak mungkin diulang.

Seberapa pentingnya-kah masa emas ini?

Sesudah si kecil menghirup udara kotor dunia pada detik-detik pertama hidupnya, sejak saat itulah ia mulai belajar dari pahit getirnya dunia.

Tarikan nafas pertama memperkenalkannya dengan kebutuhan dasar. Bernafas.

Para pakar menganjurkan pada detik-detik pertama tersebut si kecil segera diperkenalkan pada bundanya. Maka bayi merah yang bahkan masih licin tersebutpun diletakkan di atas dada bunda yang sedang sumringah bahagia. Tatapan pertama antara keduanya.

Apa yang kau lihat pada dirinya wahai bunda?

Banggakah dikau? Kecewakah? Kebencian kah? Sadarlah bunda, kesan pertama ini seringkali mewarnai sikapmu padanya dan akan berbalas dengan sikapnya padamu….

Apapun juga, ukirlah rasa syukur dalam dadamu pada menit-menit pertama ini.

Syukur karena masa kritis sudah berlalu bagi kalian dan syukur karena Dia telah Menghadiahkanmu amanah baru ini. Bangga karena engkau telah diberi kepercayaan olehNya. Tutuplah syukurmu dengan doa harapan untuk masa depan kalian.

Bersyukurah niscaya Allah Akan Menambahkan NikmatNya padamu.

Hari-hari berikut tetap penting baginya. Senyum pertamanya, sakit pertamanya, ocehan pertamanya, makanan pertamanya, jatuh pertamanya, langkah pertamanya, semua yang pertama baginya. Baik dan buruk, senang dan susah.

Tahukah dikau bunda bahwa semua pengalamannya akan ia rujuk padamu? Apakah engkau senang jika ia mengigitmu (ketika menyusuinya). Ia akan menatapmu untuk mencari tau apa reaksimu. Apakah engkau senang jika ia mempermainkan kucing? Ia akan menunggu reaksimu. Apa pendapatmu jika ia naik tangga? Engkaulah rujukan pertamanya….dan bagimana engkau menterjemahkan padanya dunia ini. Apakah dunia ini tempat penuh optimisme, atau keluh kesah? Apakah dunia ini berbahaya atau penuh tantangan?

Ia akan mencarimu ketika ia jatuh dan luka. Tangisannya keras sekali demi menarik perhatianmu segera. Dan ketika engkau akhirnya datang juga menghibur dirinya dan mengobati lukanya, ia akan senantiasa mengingat bagaimana reaksimu melihat penderitaannya. Apakah engkau menyalahkan, atau berempati?

Bunda, semua itu menjadi rujukan baginya untuk bersikap terhadap dunia dan segala isinya.

Engkaulah guru pertamanya in a true sense!

Mungkin engkau tidak sadar seberapa besar peranmu bagi kepribadiannya. Karena engkau sibuk mencuci, menyetrika, memasak….dan seribu satu pekerjaan rumah lainnya. Maka kau sikapi anakmu dengan seadanya. Jika sempat kau tanggapi dengan senyum optimis, jika tidak maka kau malah bentak dia ketika bermain dengan piring yang sedang kau cuci. Astaghfirullah, betapa beratnya untuk selalu sadar peran, disaat tugas menumpuk, badan penat, kepala berat, sejuta lagi alasan.

Bunda, itu sebabnya kita perlu selalu bertaubat (Istighfar), sebab terlalu banyak saat kita tidak memenuhi pnggilan tugas dengan semestinya. Tugas seorang ibu, pendidik generasi yang akan datang, tugas yang harus dijalankan 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Tanpa cuti.

Bagaimana pula kau tanggapi protesnya ketika kau akan meninggalkan dia? Kantor sudah menunggu, boss bukan orang yang murah hati, sementara si kecil rewel “tanpa alasan”.

Benarkah jika ia tidak sakit maka ia tak boleh protes ketika kau akan pergi? Apakah itu “tanpa alasan”? Ia punya sejuta alasan untuk memintamu tetap mendampinginya…Kita punya seribu alasan untuk boleh meninggalkannya. Kita memang harus punya alasan yang TEPAT untuk meninggalkan balita kita.

Ketika kau pergi, dengan siapakah ia kau titipkan? Baby sitter? Nenek –kakek? Bibi atau tempat penitipan anak?

Apapun pilihanmu, bertanggung-jawablah. Artinya, ajukanlah seribu pertanyaan mengapa engkau meninggalkannya, kepada siapa dan dengan persiapan apa. Tanyakan itu semua pada dirimu sendiri dan jawablah untuk dirimu sendiri. Janganlah engkau meninggalkannya hanya karena “sayang karirku jika berhenti sekarang”, atau “sayang dong otakku jika aku hanya tinggal di rumah”, atau “aku kan butuh aktualisasi diri”.

Ingatlah pesan ibuku puluhan tahun lalu: “masa kecil mereka hanya sekali”.

Aku ingat pesan itu hari ini, duapuluhan tahun setelah itu. Saat aku menikahkan anakku dengan pria pilihan hatinya, terbayang masa kecilnya dan pertanyaan di kepala: apakah aku sudah mendidiknya dengan benar sehingga ia sudah bisa meninggalkan rumah ini untuk menjalani penghidupannya sendiri. Sudah cukupkah bekal yang kuberikan padanya untuk menghadapi hidup?

Hari demi hari berlalu, masa kecilnya semakin jauh dibelakang. Hari demi hari berlalu kita semakin sadar betapa banyak yang belum kita lakukan untuknya. Tapi waktu tak pernah menunggu, tugas terus bertumpuk dan badan tak bertambah gesit.

Sampai datang masanya kita terhentak dan tersadar betapa cepatnya waktu telah berganti.

Bersiaplah untuk di evaluasi olehnya, puluhan tahun setelah hari pertamanya bersamamu, atas segala perlakuan yang telah engkau berikan padanya.

Puluhan tahun dari hari ini, ia bukan lagi makhluk kecil yang tak berdaya. Puluhan tahun setelah hari ini mungkin kitalah yang sudah tak berdaya dan berharap tidak ditinggalkan sendirian di rumah karena badan ini sudah renta.

Doa untuk orangtua: Ya Rabb kami ampunilah kami, dan ampunilah kedua orangtua kami, dan rahmatilah keduanya sebagaimana mereka telah menyayangi kami ketika masih kanak-kanak.

Apakah Dzat Yang Maha Agung akan mengampuni? Apakah Dia akan Menyayangi para orangtua? Lalu bagaimana jika saat sang putra masih kecil orangtuanya kurang sayang padanya? Akankah Allah juga akan mengurangi kasih sayangNya pada orangtua tersebut?

Alangkah beruntungnya orangtua yang anaknya cinta pada Allah, niscaya anak shaleh akan mendoakan ibu-bapaknya. Amin (SAN 18032009)

sumber : http://bit.ly/1bQJgPj



Mizan Amanah
Peduli yatim selamatkan Generasi. Lembaga sosial kemanusiaan. #Zakat via BCA 139 304 0002. #Infaq dan #Shadaqah via BCA 139 300 4952. rek.http://bit.ly/1a1ZfMX

Jl. Kesehatan Raya No.16 Bintaro Sektor 1 Jakarta Selatan
Telp : 021 73886407
sms center : 085222999334
website : http://mizanamanah.org/
email : info@mizanamanah.org
pin BB : 27CAFE5F

Jangan Jadi Generasi Tidur !!!



SATU kali si Kabayan—tokoh degil (tapi cerdik?) dari tanah Sunda—ditanya, “Kabayan, silaing kenapa nanam padi?”. Silaing itu kamu dalam bahasa Sunda. Ditanya begitu, Kabayan menjawab, “Supaya punya padi lah!”.

“Kalau sudah punya padi?”

“Ya digiling. Diolah jadi beras dan jadi nasi. Buat makan…”

“Lah emangnya kenapa musti makan?”

“Ya supaya bisa nanam padi lagi…..”

KALAU saja kita bersedia sedikit menghitung waktu tidur kita, mungkin kita akan sangat terkejut dan mulai berpikir ulang tentang aktivitas pasif memejamkan mata ini. Ambilah, dalam sehari kita kita hanya menyisakan waktu sekitar enam jam untuk tidur di malam hari. Dan kemudian meminta satu jam saja di siang harinya.

MAKA jika dijumlah, seminggu kita tidur minimal 49 jam, sebulan 196, dan setahun 2,555 jam! Seandainya jatah umur kita dipatok—paling banter umat Muhammad—sampai 60 tahun, maka jumlah keseluruhan tidur kita dengan average dan grade seperti perhitungan kasar di atas, bisa mencapai 153.000 jam! Jumlah ini adalah sepertiga lebih dari jumlah jatah hidup kita di dunia ini yang kira-kira mencapai sekitar 525.600 jam—kalau sampai 60 tahun itu juga!

Itu cuma hitung-hitungan matematis yang dalam kenyataannya bisa aja berubah dan tidak sinkron dengan apa yang kita harapkan atau kita alami. Salah satu esensi penciptaan manusia ke dunia adalah untuk jadi agent of change (generasi perubah—serius amat kali ini yah?). Si agen perubah ini, nah, yang senantiasa memberikan aura dan mobilisasi warna pada lingkungannya. Jadi, maka renungkanlah jika ternyata begitu banyak waktu kita yang dipakai hanya untuk tidur saja?

Tidur, sama sekali tidak dilarang. Bahkan menjadi salah satu aktivitas wajib yang diberhakkan atas tubuh kita. Yang mesti kita perhatikan adalah porsinya. Imam Hasan Al Bana—salah seorang ulama besar internasional—pada waktu hidupnya suatu kali mengatakan bahwa sesungguhnya kewajiban kita lebih banyak daripada yang waktu kita punyai. Maka alangkah ruginya kalau kita menyia-nyiakan waktu yang dititipkan kepada kita. Coba kita ber-mutabaah (evaluasi) sekarang. Sudahkah kita hafal juz 30 saja dari Alquran? Kalau dibandingkan dengan Imam Bukhari yang sudah khattam Al-Quran pas umur 9 tahun, WAH! Malu!

Dan, lantas bagaimana dengan aktivitas 17 jam lainnya dalam satu hari kita? Bermanfaat dan punya artikah mereka?

Sebenarnya, tidak akan jadi masalah kita tidur dalam satu hari mencapai (bahkan) 12 jam sekalipun. Dengan satu syarat 12 jam lainnya kita gunakan benar-benar bermanfaat dan bernilai ibadah. Ironisnya, selain tidur kita lama, dan hampir menyita sebagian waktu kita, sisa jam lainnya yag tesisa sering kali tidak kita dedikasikan kepada Allah swt. Hanya sekadar bengong, memandangi televisi, mendengarkan musik, atau habis di jalanan setelah bekerja?

Kalau memang kita sama sekali tidak bisa mengatur manajemen diri kita—termasuk tidur, jangan-jangan kita sama saja dengan si Kabayan yang hidup semata-mata untuk survival belaka…….

Jangan jadi generasi tidur ah! [adi]
sumber : http://bit.ly/MMtGxZ

Mizan Amanah
Peduli yatim selamatkan Generasi. Lembaga sosial kemanusiaan. #Zakat via BCA 139 304 0002. #Infaq dan #Shadaqah via BCA 139 300 4952. rek.http://bit.ly/1a1ZfMX

Jl. Kesehatan Raya No.16 Bintaro Sektor 1 Jakarta Selatan
Telp : 021 73886407
sms center : 085222999334
website : http://mizanamanah.org/
email : info@mizanamanah.org
pin BB : 27CAFE5F

Cinta yang ternoda



[oleh Hasan Basri Tanjung]

Setiap tanggal 14 Februari tiba, muncul kegalauan dalam hati, khususnya orang tua yang saat ini mendapat titipan anak yang sedang tumbuh remaja. Momentum itu diperingati dunia sebagai Valentine’s Day (hari kasih sayang).

Tak terbantahkan, ada skenario besar untuk meruntuhkan moralitas anak bangsa calon pemimpin masa depan kita. Momentum ini telah menjadi ajang maksiat yang terorganisasi dan vulgar dengan dan untuk alasan cinta dan kasih sayang.

Anak – anak baru gede (ABG) dan berbagai lapisan berkumpul dengan lawan jenis tanpa peduli norma, etika, dan agama. Ironisnya, para pemimpin formal dan nonformal, seakan tak berkutik mencegah atau malah membiarkannya.

Faktanya, setiap Valentine’s Day usai, kondom berserakan di tempat rekreasi karena hubungan seks bebas, minuman keras, dan narkotika yang meruntuhkan tatanan nilai masyarakat yang beradab.

Republika (10/2/2014) memuat pernyataan HTI yang menyinyalir sebuah penelitian di Surabaya, sebanyak 20 persen remaja yang hamil diluar nikah terjadi setelah perayaan yang menjerumuskan ini.

Sejatinya, cinta dan kasih sayang adalah karunia yang sangat berharga dari Alloh SWT untuk hambanya. Ia titipkan cinta dan kasih sayang itu pada setiap insan agar saling mencintai dan menyayangi dalam membangun kehidupan.

Kecintaan lawan jenis tersebut dapat tersalurkan dijalan, tempat, dan cara yang benar, yakni melalui pintu pernikahan. Jika ditelusuri, Valentine berarti “Yang Mahaperkasa”, “Yang Mahakuat dan Mahakuasa”.

Kata ini ditunjukan kepada nimroe dan lupercus, tuhan orang romawi dahulu. Jadi, ketika meminang orang “to be my Valentine”, berarti kita memintanya menjadi “Sang Mahakuasa” terhadap diri kita. Disinilah muncul problem akidah, yakni kemusyrikan.

Karena menjadikan sesuatu sebagai ilah (Tuhan) bertentangan dengan tauhid. (Q.S al-ikhlas [112]: 1-4). Perayaan Valentine’s day sendiri berasal dari perayaan ritual Lupercalia yang merupakan rangkaian upacara penyucian pada masa Romawi kuno (13-18 Februari).

Pada hari ini, para pemuda mengundi nama – nama gadis di dalam kotak. Lalu, setiap pemuda mengambil nama secara acak dan nama gadis yang keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk bersenang – senang.

Ketika Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristen Katolik dengan mengganti nama – nama gadis tersebut menjadi nama Paus atau Pastor. Pendukungnya adalah Kaisar Constantine dan Paus Gregory 1.

Untuk lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, Paus Glasius 1 menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang mati pada 14 Februari.

Jelaslah sudah, setiap perayaan apapun yang berkaitan dengan Valentine’s Day merupakan bentuk pengakuan ritual agama Romawi dan Kristiani (Katolik). Kasih sayang adalah nama Alloh, yakni ar-Rahman dan ar-Rahim yang mesti menjadi penghias pribadi Muslim setiap saat, kapan, dan di manapun.
Sedangkan Valentine’s Day tidak bisa dilepaskan dari ritual agama Romawi dan Kristiani yang dikemas menajdi kegiatan baisa dan untuk semua orang. Bahkan dijadikan, justifikasi untuk menghalalkan kemaksiatan kolektif yang merusak akidah dan akhlak.

Valentine’s Day adalah wujud kejahiliyahan modern yang boleh jadi lebih buruk dari jahiliyah pra-Islam yang lokal dan konvensional.

Bagi Muslim, meniru budaya yang bertentangan dengan Islam, menodai Islam itu sendiri. Mengikuti suatu budaya berarti sama saja dengan mereka. Nabi mengingatkan, “Barang siapa menyerupai suatu kaum, dia termasuk dari golongan mereka.” (HR Abu Daud dari Ibnu Umar).

Memang, serangan bertubi – tubi untuk merusak akidah dan akhlak generasi muda islam sedemikian gencar dan sistematis. Seperti, buku paket SD yang berisi gambar porno, murid SMP di Jakarta melakukan kegiatan mesum dan direkam oleh temannya.

Penanggung jawab utama pendidikan adalah orang tua dan guru di sekolah, juga tokoh masyarakat dan pemerintah.

Saya ajak adik – adik remaja Islam di seluruh dunia, “Say No to Valentine’s Day”. Insya Alloh kita bisa! Aamiin.

Sumber : Hikmah (koran Republika)