Dalam Al-Qur’an surat Al- Ma’un ayat 2-3 kita diingatkan
untuk menyayangi anak yatim dan menyantuni orang miskin, ini juga sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa menyantuni anak yatim, dia berada di surga
bersamaku seperti ini (Rasulullah mempersandingkan jari telunjuk beliau dengan
dan jari tengah).”
Maksudnya adalah hidup berdampingan dengan Rasulullah SAW di
surga. Sebenarnya apa yang menyebabkan Islam begitu mengistimewakan mereka,
sehingga harus kita perhatikan, harus kita cintai.
Memerlukan Perhatian
dan Kasih Sayang
Anak yatim adalah generasi penerus sama seperti anak-anak
yang lainnya. Yang membedakannya, anak yatim diberi keistimewaan oleh Allah SWT
untuk menjalani hidup tanpa didampingi orang tua kandung. Padahal sebagaimana
anak – anak yang lain, mereka memerlukan perhatian dan kasih sayang yang seharusnya
didapatkan oleh anak dari orang tuanya untuk dapat tumbuh dan berkembang sampai
bisa hidup mandiri.
Ayah dan ibu, adalah dua orang yang seharusnya ada dan
membesarkan anakanaknya. Ketidakadaan orang tua artinya sang anak kehilangan
dua orang yang paling berarti dalam hidup mereka dan kehilangan kasih sayang
yang seharusnya didapatkan.
Sebenarnya apa pentingnya kasih sayang untuk seorang anak?
Mengapa kita dilarang menghardik anak yatim? Seorang anak yatim tentunya sudah
merasakan sedih yang berulang selama hidupnya karena setiap hari merasakan
tidak memiliki orang tua. Menghardiknya akan membuat sang anak semakin terpuruk
dalam kesedihan. Selain itu, hardikan tersebut membuat sang anak merasa
dibenci. Sedangkan seorang anak harus tumbuh dalam suasana penuh kasih sayang
juga dukungan untuk bisa mengembangkan rasa aman, rasa diterima, yang akan menjadi
bahan untuk rasa percaya diri.
Menyinggung kembali ayat dan hadits di atas, ternyata
keberadaan anak yatim ini menjadi tanggung jawab bersama. Kita diberikan tugas
untuk menghilangkan kesedihan mereka, membahagiakan dan memberikan apa yang
mereka butuhkan agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan selayaknya. Agar
mereka bisa menjadi generasi penerus yang dapat memberikan kontribusi bagi
kehidupan. Oleh karena itulah Islam memberikan motivasi melalui Rasulullah SAW
dengan mengistimewakan orang-orang yang mencintai anak yatim. Bahkan beliau mencontohkan
dengan memelihara anak yatim di dalam rumahnya.
Kaum dhuafa juga adalah orang-orang yang harus kita kasih
sayangi. Mereka memerlukan bantuan, dukungan dan pembimbingan untuk dapat
menjalani hidup dengan lebih nyaman dan lebih baik. Hal ini dimaksudkan agar
dalam kesulitan ini mereka bisa menjalaninya dengan sabar dan tetap berbahagia
serta mendukung mereka meningkatkan kondisi perekonomiannya.
Mencintai dan menyayangi yatim dan dhuafa adalah keharusan,
dan anak pun perlu belajar hal yang sama sejak dini. Mereka perlu diberikan
pemahaman mengapa harus mencintai anak yatim dan dhuafa, juga diajarkan
bagaimana caranya.
Perintah Allah SWT
dan Rasul-Nya
Ketika anak-anak kita bertanya, mengapa kita harus membantu
anak yatim dan dhuafa? Maka biarlah mereka memahami bahwa ini adalah perintah
Allah SWT dan Rasul-Nya, serta jalan bersyukur buat sang anak yang masih
merasakan kasih sayang orangtua dan kecukupan harta.
Sebagai orangtua, maka kita patut mengajarkan bahwa dalam
kehidupan pasti ada kesulitan selain kemudahan. Kita ajarkan bagaimana
berempati ketika orang lain mengalami kesusahan. Ceritakan pula bahwa suatu
saat kita juga akan mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan orang lain.
Bila kita rajin membantu, maka Allah akan memudahkan, sesuai hadits dari Abu Hurairah
ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menghilangkan
(kesulitan seorang mu'min di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya
pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan,
maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat”.
Cinta anak yatim dan dhuafa bisa dalam berbagai bentuk.
Bentuknya bisa dengan memberikan sebagian yang dimiliki, sebagian yang didapat,
baik uang ataupun barang untuk diberikan pada anak yatim dan dhuafa. Bahkan
bila memungkinkan, seperti contoh Rasulullah SAW mengajak anak yatim untuk
menjadi bagian dari keluarga. Anak juga perlu dikenalkan tentang harus bersikap
lemah lembut kepada anak yatim, dan tentunya sikap dan tindakan kita sebagai
contoh yang dapat ditiru oleh mereka.
Dengan ini diharapkan akan terbentuk anak yang penuh empati,
memiliki kepedulian, penolong, penyantun, dan memiliki mental yang tangguh
dalam melewati lika-liku kehidupan yang terkadang mudah terkadang sulit.
Posting Komentar